/* KALKULATOR INVESTASI */ __________________________________ /* KALKULATOR CAGR*/ ________________________

6 Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Anak Muda (Jangan Sampai Kamu Juga!)

Di era modern yang penuh dengan kemudahan akses teknologi dan tekanan sosial, anak muda sering kali menghadapi tantangan besar dalam mengelola keuangan mereka.

Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Anak Muda

Banyak dari mereka baru memasuki dunia kerja, memiliki pendapatan pertama, namun belum memiliki pengalaman atau pemahaman yang cukup tentang literasi finansial. Akibatnya, kesalahan-kesalahan keuangan pun kerap terjadi, yang jika dibiarkan, dapat berdampak buruk pada stabilitas finansial di masa depan.

Artikel ini akan membahas secara mendalam beberapa kesalahan keuangan anak muda, lengkap dengan solusi praktis untuk mengatasinya.

1. Hidup di Luar Kemampuan Finansial

Salah satu kesalahan paling umum adalah kecenderungan anak muda untuk hidup di luar kemampuan finansial mereka.

Tekanan dari media sosial, seperti Instagram atau TikTok, sering mendorong mereka untuk mengejar gaya hidup mewah mulai dari membeli pakaian branded, makan di restoran mahal, hingga liburan ke destinasi eksotis tanpa mempertimbangkan pendapatan yang dimiliki.

Menurut sebuah studi oleh Bankrate (2023), sekitar 54% generasi muda di Amerika Serikat mengaku menghabiskan uang untuk pengalaman sosial demi menjaga citra, meskipun itu melebihi anggaran mereka[1].

Seorang pakar keuangan, Dave Ramsey, pernah berkata:

We buy things we don’t need with money we don’t have to impress people we don’t like.

“Kita membeli barang yang tidak kita butuhkan dengan uang yang tidak kita miliki untuk membuat orang yang tidak kita sukai terkesan.”[6]

Kutipan ini menggambarkan betapa ironisnya perilaku konsumtif yang didorong oleh keinginan untuk diterima di lingkungan sosial. Akibatnya, banyak anak muda terjebak dalam utang kartu kredit atau pinjaman yang sulit dilunasi.

2. Mengabaikan Tabungan dan Investasi

Banyak anak muda yang baru bekerja merasa bahwa menabung atau berinvestasi adalah sesuatu yang bisa ditunda. Mereka lebih memilih menghabiskan uang untuk kesenangan saat ini ketimbang mempersiapkan masa depan.

Padahal, seperti yang dikatakan oleh Warren Buffett:

Someone’s sitting in the shade today because someone planted a tree a long time ago.

Seseorang bisa duduk di bawah naungan hari ini karena seseorang menanam pohon sejak lama.”[7] Memulai tabungan atau investasi sedini mungkin memanfaatkan kekuatan bunga majemuk, yang dapat memperbesar aset secara signifikan dalam jangka panjang.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya 39% generasi muda Indonesia yang memiliki tabungan darurat[2]. Sisanya cenderung hidup dari gaji ke gaji, tanpa cadangan untuk keadaan tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis.

3. Tidak Membuat Anggaran

Tanpa anggaran yang jelas, pengeluaran menjadi sulit dikendalikan. Banyak anak muda tidak melacak ke mana uang mereka pergi, sehingga sering kali terkejut saat akhir bulan tiba dan dompet mereka kosong.

Menurut sebuah artikel di Forbes (2024), 62% milenial mengaku tidak memiliki rencana keuangan bulanan, yang membuat mereka rentan terhadap pengeluaran impulsif[3].

Membuat anggaran sederhana misalnya dengan metode 50/30/20 (50% kebutuhan, 30% keinginan, 20% tabungan) bisa menjadi langkah awal untuk mengelola keuangan dengan lebih baik. Namun, kebiasaan ini sering diabaikan karena dianggap merepotkan atau tidak cukup “keren” di kalangan anak muda.

4. Terjebak dalam Utang Konsumtif

Kemudahan akses ke pinjaman online dan cicilan tanpa kartu kredit menjadi jebakan tersendiri bagi anak muda. Banyak yang tergiur untuk membeli barang konsumtif seperti gadget terbaru atau pakaian mahal dengan sistem “beli sekarang, bayar nanti,” tanpa memahami konsekuensi bunga tinggi.

Data dari Fintech Indonesia (2023) menyebutkan bahwa 70% pengguna layanan pinjaman online adalah generasi muda berusia 20-35 tahun, dan sebagian besar digunakan untuk kebutuhan non-esensial[4].

Utang konsumtif tidak hanya membebani keuangan bulanan, tetapi juga bisa merusak skor kredit, yang akan berdampak saat mereka membutuhkan pinjaman produktif seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

5. Kurang Memahami Skor Kredit

Skor kredit sering dianggap remeh oleh anak muda, padahal ini adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan finansial mereka di masa depan.

Telat membayar tagihan kartu kredit, pinjaman, atau cicilan dapat menurunkan skor kredit, yang pada akhirnya menyulitkan mereka untuk mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah. Seorang ahli keuangan dari CNBC, Suze Orman, pernah mengatakan:

Your credit score is a reflection of how you manage your money it’s your financial reputation.

Skor kredit Anda adalah cerminan dari cara Anda mengelola uang itu adalah reputasi finansial Anda.”[8]

6. Minimnya Edukasi Keuangan

Akar dari banyak kesalahan ini adalah kurangnya literasi finansial. Banyak anak muda tidak proaktif mencari tahu tentang cara mengelola uang, berinvestasi, atau memahami pajak.

Menurut survei Global Financial Literacy Excellence Center (2023), hanya 24% generasi muda di seluruh dunia yang merasa percaya diri dengan pengetahuan keuangan mereka[5]. Di Indonesia, angka ini bahkan lebih rendah, dengan OJK melaporkan bahwa tingkat literasi keuangan generasi muda baru mencapai 38% pada 2022[2].

Solusi Praktis untuk Anak Muda

Untuk menghindari kesalahan keuangan anak muda di atas, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Buat Anggaran: Mulailah dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran setiap bulan. Gunakan aplikasi seperti Money Lover atau Excel sederhana.
  • Sisihkan Tabungan: Minimal 10-20% dari pendapatan bulanan harus dialokasikan untuk tabungan atau investasi. Mulai kecil pun tidak apa-apa.
  • Hindari Utang Konsumtif: Pikirkan dua kali sebelum mengambil cicilan untuk barang yang tidak benar-benar dibutuhkan.
  • Edukasi Diri: Manfaatkan sumber daya gratis seperti buku (The Intelligent InvestorInvestor Cerdas karya Benjamin Graham), podcast (The Dave Ramsey ShowAcara Dave Ramsey), atau konten edukasi di YouTube untuk meningkatkan pemahaman tentang keuangan.
  • Bangun Dana Darurat: Targetkan memiliki dana darurat senilai 3-6 bulan pengeluaran sebagai jaring pengaman.

Kesimpulan

Kesalahan keuangan adalah hal yang wajar dilakukan anak muda, terutama saat mereka baru memulai perjalanan finansial mereka. Namun, dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, dampak buruk dari kesalahan tersebut dapat diminimalisir.

Seperti kata pepatah, “Waktu adalah aset terbesar yang dimiliki anak muda.” Mengelola keuangan dengan bijak sejak dini akan membuka peluang untuk mencapai kebebasan finansial di masa depan.

Daftar Referensi

  1. Bankrate. (2023). “Financial Habits of Millennials and Gen Z.” – “Kebiasaan Finansial Milenial dan Generasi Z.”
  2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2022). “Laporan Literasi Keuangan Indonesia 2022.”
  3. Forbes. (2024). “Why Budgeting Matters for Young Adults.” – “Mengapa Penganggaran Penting untuk Orang Dewasa Muda.”
  4. Fintech Indonesia. (2023). “Tren Penggunaan Pinjaman Online di Kalangan Generasi Muda.”
  5. Global Financial Literacy Excellence Center. (2023). “Global Financial Literacy Survey.” – “Survei Literasi Keuangan Global.”
  6. Ramsey, Dave. (n.d.). Kutipan dari The Total Money MakeoverPerubahan Total Uang Anda.
  7. Buffett, Warren. (n.d.). Kutipan dari wawancara publik.
  8. Orman, Suze. (n.d.). Kutipan dari CNBC Make ItCNBC Membuatnya.
Ulfan R. Ake
Ulfan R. Ake Tulisanku mungkin berdebu, tapi setiap artikel menyimpan mutiara yang menanti penemunya sesuai kehendak Tuhan.

Posting Komentar untuk "6 Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Anak Muda (Jangan Sampai Kamu Juga!)"